Sutejo Ibnu Pakar

Kamis, 24 November 2016

UTS AKHLAQ TASAWUF TAHUN AJARAN 2016/2017



AKHLAQ TASAWUF”
Jawaban UTS
Mata Kuliah Akhlak Tasawuf
Pada Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) smt 3
Tahun Akademik 2016/2017

Description: Logo-IAIN-Transparan.gif


Dijawab Oleh :
1.               SITI FATIMAH        (1415101120)


Dosen Pengampu:
IWAN, AHENDA M.Ag.


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN (FITK)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SYEKH NURJATI
CIREBON
TAHUN 2015/2016
1.      Berikan penjelasan yang faktual hubungan antara akhlak dan tasawuf yang mengutip pendapat tokoh sekurang-kurangnya 2 tokoh!

Jawab: Menurut Harun Nasution, mempelajari tasawuf sangat erat kaitannya dengan dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah yang mementingkan akhlak. Dan  tujuan tasawuf adalah mendekatkan diri sedekat mungkin dengan Tuhan sehingga ia dapat melihat-Nya dengan mata hati bahkan rohnya dapat bersatu dengan roh Tuhan.
Menurut K. Permadi, tujuan tasawuf ialah fana untuk mencapai ma’rifatullah, yaitu leburnya diri pribadi pada kebaqaanAllah, dimana perasaan keinsanan lenyap diliputi rasa ketuhanan.
Jadi, inti dari tasawuf adalah kita menepatkan Allah sebagai pusat segala aktivitas kehidupan dan menghadirkan-Nya Dalam diri kita supaya kita mendapatkan keridhoan-Nya.
Hubungan akhlak dan tasawuf (irfani) yaitu sebagian besar pembicaraan tasawuf berkaitan dengan pengetahuan tentang ketuhanan (al-ma’rif al-illahiyah), tetapi tidak dengan jalan pembuktian ilmiah, tetapi dengan jalan penyaksian esoterik. Ini berarti bahwa hati manusia harus berfungsi bagaikan cermin yang bersih sehingga dapat menangkap hakikat dan menyikap tirai. Dengan cara itu hati seseorang dapat melihat esensi ketuhanan, asma-asma-Nya dan sifat-sifat-Nya. Dan hubungannya tujuan tasawuf ini dengan akhlak yaitu akhlak dapat membantu seseorag untuk meghilangkan berbagai kotoran hati yang dapat menghalangi seseorang dari esensi ketuhanan. Dapat dikatakan bahwa Akhlak merupakan pintu gerbang ilmu tasawuf.
Ilmu tasawuf pada umumnya terbagi menjadi 3 yaitu tasawuf falsafi (tasawuf yang menggunakan pendekatan rasio atau akal pikiran atau pemikiran para tasawuf baik yang menyangkut filsafat tentang Tuhan, manusia dan lainya), tasawuf akhlqi (tasawuf yang menggunakan pendekatan akhlak), tasawuf amali (yaitu tasawuf yang pendekatannya menggunakan pendekatan amaliyah, wirid dan kemudian muncul di dalam tarikat).
Dan dari ketiga macam tasawuf diatas mempunyai tujuan yag sama yaitu sama-sama bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan cara membersihkan diri dari perbuatan buruk/tercela dan menghiasi diri dengan perbuatan terpuji. Karena itu untuk menuju kepada tujuan tasawuf seseoran harus mempunyai akhlak yang mulia yang berdasarkan kesadaran dari diri sendiri. Dengan tasawuf kita akan melakukan pendekatan diri kita kepada Allah melaui ibadah yang kita lakukan. Dan ibadah kita tersebut berkaitan dengan akhlak kita. Dan cara beribadahnya kaum sufi juga biasanya berimplementasi dengan kepada peminaan akhlak yang mulia  baik dari diri sendiri maupun orang lain,  
Selain itu akhlak juga merupakan bagian dari tasawuf akhlaqi, yang merupakan salah satu ajaran dari tasawuf, dan yang terpenting dari ajaran tasawuf akhlaqi adalah mengisi kalbu (hati)dengan sifat khauf yaitu merasa khawatir dan takut dengan siksaan Allah. Kemudian dilihat dari amalan serta jenis ilmu yang dipelajari dalam tasawuf amali, ada dua macam hal yang disebut ilmu lahir dan ilmu batin yang terdiri dari 4 kelompok, yaitu syari’at, tharikat, hakikat dan ma’rifat.
Jadi, dari pemaparan diatas dapat disimpulkan hubungan akhlak dengan taswuf yaitu tasawuf adalah ilmu pengetahuannya, sedangkan akhlak adalah bagian dari cara tasawuf untuk mencapai tujuannya yaitu mendekatkan diri kepada Allah sehingga kita  dapat melihat-Nya dengan mata hati bahkan rohnya kita dapat bersatu dengan roh Tuhan. Dengan tasawuf kita selalu beribadah kepada Allah dan selalu mendekatkan diri kepada-Nya, pastinya mendekatkan diri kepada-Nya dengan akhlak yang mulia, dan kita takut dengan siksaanya sehingga kita akan menjauhi perbuatan yang tercela. Dan dengan tasawuf diri kita akan terus terjaga dan akan selalu ingin beribadah dan selalu mendekatkan diri kepada Allah karena kita telah mendapatkan kenikmatan beribadah kepada Allah.
Sumber: AKHLAK TASAWUF/ Prof.Dr.Rosihon Anwar,M.Ag.

2. Jelaskan pengertian kesopanan secara bahas dan istilah dan kemukakan contohnya pada kehidupan sehari-hari!
Jawab : kesopanan dalam kehidupan sehari-hari yang sering kita dengar diingkungan masyarakat yaitu dengan istilah sopan santun.
       Sopan santun secara bahasa berasal dari dua kata, yaitu kata sopan dan kata santun. dan keduanya telah bergabung menjadi kata sebuah kata majemuk.
       Sopan berasal dari kata weruh ing tatakrama “mengetahui tatakrama” dan santun berasal dari kata salin “berganti”. Sedangkan secara istilah kesopanan atau sopan santun adalah sikap atau tingkah laku yang baik,hormat dan beradab serta diiringi oleh rasa belas kasihan dan berbudi halus yang tercermin dalam tingkah laku, tutur kata, cara berpakaian, dan lain sebagainya. Seseorang yang memiliki sopan santun tidak hanya memiliki sikapatau prilaku yang beradab sesuai norma yang dianut oleh lingkungannya akan tetapi juga memiliki hati yang halus dan rasa belas kasihan kepada orang lain.
       Sopan santun juga dapat diartikan sebagai salah satu aturan atau tata cara yang berkembang secara tuun temurun dalam suatu budaya dimasyarakat yang bisa bermanfaat dalam pergaulan antar sesama manusia sehingga terjalin hubungan yang akrab, saling pengertian serta saling hormat menghormati.
       Didalam islam sopan santun yaitu sopan diartikan sebagai rasa hormat dengan takzim menurut adat yang baik. Sedangkan arti santun adalah baik dan halus budi bahasa serta tingkah lakunya, suka menolong dan menaruh belas kasihan. Jadi pengertian sopan santun menurut islam yaitu suatu bentuk tingkah laku yan halus dan baik serta diiringi sikap menghormati orang lain menurut adab yang baik ketika berkomunikasi, dan bergaul yang bisa ditunjukkan kepada siapapun, kapanpun dan dimanapun.
       Sopan santun berhubungan dengan nilai-nilai peradaban yng dianut suatu kelompok masyarakat sehingga apapun yang dianggap sopan oleh suatu kelompok masyarakat bisa berbeda dengan kelompok masyarakat lain.
Contoh kesopanan atau sopan santun didalam keluarga:
1.      seseorang anak yang meminta izin terlebih dahulu kepada orang tuanya ketika hendak perg keluar rumah.
2.      Tidak membantah ketika dinasehati oleh orang tua
3.      Tidak berkata yang tidak baik kepada orang tua
4.      Saling menghormati antara anggota keluarga
5.      Tidak marah-marah yang tidak jelas terhaadap orang tua
Contoh kesopanan dalam bermasyarakat antara lain:
1.      Menghormati orang yang lebih tua
2.      Menerima sesuatu selalu dengan tangan kanan
3.      Tidak berkata kotor, kasar,dan takabur
4.      Tidak meludah disembarang tempat
5.      Tidak menyala pembicaraan
6.      Ikut serta gotong royong di masyarakat
Contoh kesopanan dalam lingkungan sekolah:
1.      Menghormati guru dan teman disekolah
2.      Bergaul dengan teman yang baik budi pekertinya
3.      Saling membantu teman yang mendapat kesulitan
4.      Toleransi sesama teman
5.      Berkata baik kepada teman dan guru
6.      Menaati tata tertib sekolah
7.      Menyapa teman ketika bertemu
SUMBER : http//www.definisi menurut para ahli.com/pengertian sopan santun dan ramah tamah dan contohnya rabu,9 oktober 2016. Pada jam  20.13
-www.abimuda.com/2015/11/pengertian-norma-kesopanan-fungsi-dan-contoh.html?m=1- kamis 10 oktober 2016. Pada jam 11.50

3. Bagaimana memberikan penilaian terhadap perbuatan buruk sebagai dampak dari akhlaq tercela kemukakan tentang dalil menjauhi perbuatan buruk dari Al-Quran sekurang-kurangnya 5 ayat disertai penjelasan tafsirnya dan lengkapilah dengan dalil hadits sekurang-kurangnya 3 hadits disertai asbabul wurudnya. Jawaban dibuat dengan merujuk kebada 2 sumber kitab tafsir dan 2 kitab hadits, sebutka identitas kitab keduanya !
Dalil menjauhi perbuatan buruk dari Al-quran:
1.Surat Al-Anfall ayat 29
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ تَتَّقُوا اللَّهَ يَجْعَلْ لَكُمْ فُرْقَانًا وَيُكَفِّرْ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ۗ وَاللَّهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيمِ




“Hai orang-orang yang beriman, jika kamu bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan kepadamu furqaan menghapuskan segala kesalahan-kesalahanmu dan mengampuni (dosa-dosa)mu, Allah mempunyai karunia yang besar.”(al-Anfaal:29).
Penjelasan Tafsir: Seruan terakhir kepada dan orang-orang yang beriman ialah seruan untuk bertaqwa. Karena, tidak mungkin hati ini mau memikul beban yang demikian berat kecuali ia berada diatas landasan yang jelas dan mendapatkan cahaya yang dapat menyikap syubhat-syubhat, menghilangkan was-was dan meneguhkan kaki dijalan yang penuh duri. Tidaklah hati memiliki furqaan daya pembeda antara hak dan bathil ini kecuali dengan adanya sensitivitas taqwa dan dengan adanya cahaya Allah. Bekal taqwa yang dapat menghidupkan hati dan membangkitkannya. Juga menghimpun adanya persiapan-persiapan kewaspadaan, kehati-hatian dan penjagaan diri. Persiapan cahaya pembimbing yang menyinari jalan-jalan berliku dan tanjakan-tanjakan sejauh mata memandang, sehingga pandangannya tidak tertutup oleh syubhat-syubhat yang menghalangi pengelihatan secara total. Bekal selanjutnya adalah bekal ampunan terhadap dosa-dosa, yang membawa ketenangan, ketentraman, dan keteguhan. Setelah itu bekal harapan terhadap karunia Allah yang Maha Agung pada hari ketika semua perbekalan telah tiada dan amalan tak dapat dilakukan.
Jadi, Ayat Al-Quran diatas menyatakan bahwa dengan ketaqwaan kita kepada Allah maka kita akan takut untuk melakukan perbuatan buruk dan selalu menjauhinya, dan kita akan takut jika kita tidak melakukan perintahnya. Dengan ketakwaan pula kita bisa lebih waspada, berhati-hati, dan selalu menjaga diri dari perbuatan syubhat dan akan lebih menjaga diri untuk selalu menjauhi perbuatan buruk. Serta hidup akan merasa tenang, tentram dan mendapatkan ampunan dosa-dosa dari Allah. “TAFSIR FI ZHILALIL QUR’AN DIBAWAH NAUNGAN AL-QURAN (SURAT AL-A’RAFF 138-AT-TAUBAH 92 JILID 5 HAL. 175-176)”
B. Surat Al-Furqaan ayat 63
وَعِبَادُ الرَّحْمَٰنِ الَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى الْأَرْضِ هَوْنًا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ الْجَاهِلُونَ قَالُوا سَلَامًا




“Hamba-hamba Tuhan Yang Maha Penyayang itu ialah orang-orang yang berjalan diatas bumi dengan rendah hati. Apabila orang-orang  jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang baik”
Penjelasan tafsir: karakteristik hamba Allah yaitu mereka berjalan dimuka bumi dengan rendah hati, tak dibuat-buat, tak pamer, tak sombong, tak memalingkan pipi, dan tak tergesa-gesa. Karena berjalannya manusia, sebagaimana halnya seluruh gerakan adalah ungkapan dari kepribadian dan perasaan-perasaan yang ada didalam dirinya. Sehingga jiwa yang lurus, tenang, serius, dan mempunyai tujuan, akan menampilkan sifat-sifat ini, dalam cara berjalan orang-orang tersebut. Maka, ia pun berjalan dengan lurus, tenang, serius, dan bertujuan. Padanya terdapat wibawa dan ketenangan, juga keseriusan dan kekuatan.
Jadi, Ayat Al-Quran diatas menyatakan bahwa kita sebagai hamba Allah haruslah mempunyai sifat yang rendah hati, dan tidak sombong, sehingga kita dapat menjauhi perbuatan buruk. Seperti kutipan arti “Apabila orang-orang  jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang baik” maksudnya hal ini dilakukan untuk menjauhi dari perbuatan buruk, dari pada menyibukkan diri dengan sesuatu yang buruk, mereka hamba Allah akan lebih memilih untuk menyibukkan diri dengan sesuatu perkara yang lebih penting dan lebih mulia. “TAFSIR FI ZHILALIL QUR’AN DIBAWAH NAUNGAN AL-QURAN (SURAT AT-TAHAA 57-AN-NAML 81 HAL. 313-314)”
C. Surat Al-Furqaan ayat 68-72
Yang artinya:
“Dan orang-orang yang tidak menyembah Tuhan lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan alasan yang benar, dan tidak berzina. Barang siapa yang melakukan yang demikian itu, niscaya dia mendapat pembalasan dosa  (nya). Yakni akan dilipat gandakan azab untuknya pada hari kiamat dan dia akan kekal dalam adzab itu, dalam keadaan terhina. Kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal sholeh. Maka itu, kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. Dan, adalah Allah Maha Pengampun Lagi Maha Penyayang. Dan orang-orang yang bertaubat kepada Allah dengan taubat yang sebenar-benarnya. Dan orang-orang yang tidak memberikan persaksian palsu. Apabila mereka bertemu dengan orang-orang yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah, mereka lalui saja dengan menjaga kehormatan diri mereka”.
Penjelasan tafsir: Jadi, dari ayat di atas terdapat karakter hamba-hamba Allah yaitu mereka tak menyekutukan Allah, tidak membunuh jiwa manusia, dan tidak berzina. Itu adalah dosa-dosa besar yang terlarang yang di ancam dengan adzab yang pedih. Dan hamba-hamba Allah yang mengetahui balasan dari perbuatan yang buruk tersebut akan takut untuk melakukannya dan akan menjauhi perbuatan buruk tersebut. Dan mereka tidak akan menyibukan diri dengan sesuatu yang tidak berfaedah tetapi mereka lebih memanfaatkan waktu kosongnya dengan sesuatu yang baik dan yang bermanfaat. “TAFSIR FI ZHILALIL QUR’AN DIBAWAH NAUNGAN AL-QURAN (SURAT AT-TAHAA 57-AN-NAML 81 HAL. 315-317)”.
Dalil menjauhi perbuatan buruk dari hadis:
عَنْ اَبِىْ ذَرٍ رَضِىَ للَّهُ عَنْهُ قَا لَ رَسُوْل للّهِ صَلّي عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اَتَّقِ اللّهِ حَيْثُمَا كُنْتَ وَاتَبِعْ السَّئةَ الحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالقِ النّاسَ بِخُلُقِ حَسَنِ (رواه تِرْ مِذِي)
“Diriwayatkan dari Abu Dzarr r.a, ia berkata Rasulullah SAW berpesan kepadaku: “ bertaqwalah kepada Allah dimana pun engkau berada. Dan ikutilah kejahatan itu dengan kebaikan, niscaya ia akan menghapusnya. Dan bergaulah terhadap sesama manusia dengan akhlak yang baik,”(HR. Tirmidzi)
Asbabul al-wurud hadist: Adapun latar belakang yang menyebabkan lahirnya hadits diatas adalah ketika Abu Dzaar menyatakan keislamanya dimekah, Rasulullah SAW, bersabda kepadanya: “kebenaran bagi kaummu dengan harapan semoga Allah memberi manfaat kepada mereka. Ketika beliau melihat betapa Abu Dzaar sangat berkeinginan tinggal bersamanya dimekah. Rasulullah SAW memberitahukan ketidakmungkinannya.namun beliau berpesan yang isinya adalah hadis diatas.
SUMBER: HADITS TARBAWI/Dr.Wajidi sayadi,M.Ag.
عَنْ عَا ئِشَةَ قَلَتْ:قَا لَ رَ سُوْلُ ا للهُ ص ( لَا تَسُبُّوْ االْاَ مْوَ ا تَ,فَاِ نَّهُمْ قَدْ اَفْضَوْ اِ الَى مَا قَدَ مُوْا) اَخْرَ جَهُ الْبُخَا رِيْ
Artinya :
“Dari  Aisyah. Ia berkata : telah bersabda Rasulullah saw. : janganlah kamu maki orang-orang yang sudah mati, karena mereka sudah sampai kepada apa yang mereka telah sediakan.” HR. Bukhari Hadits ke 1531 dari kitab Bulughul-Maram.
Asbabul Wurud :
Makian dan cercaan kamu tidak bisa mengubah keadaan mereka, karena mereka telah sampai kepada tempat menunggu balasan bagi amal-amal baik atau jahat-jahat yang mereka telah kerjakan.
SUMBER : Bulughul Maram (Ibnu Hajar Al-‘Asqalani) Hadits
4. jelaskan persepsi manusia terhadap fenomena keburukan akhlak!
Banyak orang yang berselisih untuk menilai suatu perbuatan manusia lainnya, dipandang baik oleh suatu masyarakat atau bangsa di pandang buruk oleh yang lainnya. Dipandang baik waktu ini dinilai buruk pada waktu yang lain. Dan dalam menetapkan nilai perbuatan manusia, selain memperhatikan nilai yang mendasarinya, kriteria lain yang harus diperhatikan adalah cara melakukan perbuatan itu. Meskipun seseorang mempunyai niat yang baik, tetapi dilakukan dengan cara yang salah, tetap saja orang tersebut dinilai telah melakukan perbuatan buruk atau dinilai melakukan perbuatan tercela, karena salah melakukannya, maksud disini bukan tercela karena niatnya , karena kadang-kadang perbuatan tercelanya manusia itu dikarenakan keyakinan yang salah.
Selain itu tingkah laku manusia juga dapat diketahui dengan memperhatikan beberapa elemen yaitu: kehendak/rasa, yaitu sesuatu yang mendorong yang ada didalam jiwa manusi. Dan manifestasi dari kehendak, yaitu cara dalam merealisir kehendak tersebut.
Dan selanjutnya untuk menilai baik buruknya niat dan cara seseorang dalam dalam melakukan perbuatannya haruslah berdasarkan ajaran islam sebagaimana firman Allah SWT. Q.S An-Nisa (4): yang artinya” Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan Taatilah Rasul-Nya dan orang- orang yang memegang kekuasaan diantara kamu, kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah SWT dan hari kemudian yang demikian itu lebih utama bagi kamu dan lebih baik akibatnya”.
Jadi, inti dari pemaparan diatas yaitu jangan sampai kita terjerumus kepada keburukan akhlak, karena keburukan akhlak itu menurut persepsi manusia dipandang dari sikap kita atau tingkah laku yang kasat mata saja, tanpa harus mengetahui apa sebenarnya niat dari dilakukannya sebuah keburukan akhlak tersebut. Karena yang awalnya niatnya baik isa jadi dipandang oleh manusia lain sebagai keburukan akhlak hanya karena kita salah melakukan tindakannnya.
Kita  manusia sebagai makhluk sosial yaitu makhluk  yang  penuh dengan toleransi sehingga ketika kita melihat fenomena keburukan akhlak yang sifatnya masih dalam tingkat rendah seperti melihat orang yang suka marah-marah, sombong, pelit dan lainnya kita jangan menganggap bahwa orang tersebut adalah orang yang paling buruk akhlaknya, tetapi kita sebagai sesama manusia haruslah saling mengingatkan ke jalan yang lebih baik, dan bukan menjauhi tetapi meluruskan yang salah pada orang tersebut. Namun apabila keburukan akhlaknya pada tingkat sedang atau berat, maka kewajiban kita hanya memperingati atau menegur saja sedangkan yang meluruskan akhlaknya yaitu orang terdekatnya, keluarganya, atau lembaga hukum lainnya.
Dan Persepsi manusia pastilah akan sama bahwa mereka tidak akan menyukai akhlaq buruk, atau perilaku yang tercela karena itu adalah perbuatan yang dibenci oleh Allah SWT.
SUMBER : Mustofa, Akhlaq Tasawuf, (Bandung :Pustaka Setia,2005),
5. jelaskan  dampak keuntungan akhlak mulia!
Akhlak terpuji merupakan sebagian dari keindahan manusia. Akhlak yang mulia membawa kebahagiaan bagi individu dan masyarakat pada umumnya.
Seperti yang terdapat pada Q.S An-Nahl  ayat 97: Barang siapa yang mengerjakan amal sholeh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik, dan sesungguhnya akan kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar