BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Setiap lembaga pendidikan formal (TK,SD,SMP,SMA, sampai dengan PT)
mempunyai tujuan pendidikan yang disebut dengan tujuan istitusional (tujuan
sekolah). Tujuan ini tertuang dalam kurikulum pendidikan. Tujuan sekolah merupakan
tujuan intermedier bagi tercapainya tujuan pendidikan yang lebih tinggi, yaitu
tujuan pendidikan nasional yang tertuang dalam GBHN.
Untuk dapat mencapai tujuan pendidikan, maka setiap sekolah (SD
sampai PT) haruslah menyelenggarakan berbagai kegiatan. Kegiatan tersebut
meliputi kegiatan pendidikan dan pengajaran untuk mengembangkan aspek akademik,
keterampilan, dan sebagainya.
Untuk memberikan perhatian terhadap aspek ini maka salah satu
caranya sdalah memberikan bimbingan kepada siswa. Dengan layanan ini,
diharapkan kesulitan siswa, baik kesulitan belajar, kesulitan emosional, maupun
kesulitan yang lain dapat teratasi dengan baik.
B.
Rumusan Masalah
a.
Bagaimanakah
Hakikat Bimbingan?
b.
Bagaimanakah
Hakikat Konseling?
c. Bagaimanakah Prinsip-Prinsip Bimbingan dan
Konseling?
d. Bagaimanakah Bimbingan, Konseling, dan
Kurikulum Sekolah?
C.
Tujuan Penulisan
a.
Untuk
mendeskripsikan Hakikat
Bimbingan.
b.
Untuk
mendeskripsikan Hakikat
Konseling.
c. Untuk
mendeskripsikan Prinsip-Prinsip Bimbingan dan Konseling.
d. Untuk
mendeskripsikan Bimbingan, Konseling, dan Kurikulum Sekolah.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Hakikat Bimbingan
Istilah
bimbingan merupakan terjemahan dari kata guidance (Bahasa Inggris).
Sedangkan secara istilahbimbingan masih terdapat perbedaan antara ahli yang
satu dngan ahli yang lain. Mereka umumnya memberikan batasan mengenai bimbingan
sesuai dengan latar belakang profesinya, kultur, serta pandangan dan falsafah
hidupnya masing-masing. Namun demikian, hendaknya disadari bahwa perbedaan
pandangan tersebut justru saling melengkapi antara yang satu denganyang lain.
Untuk memahami makna bimbingan beberapa ahli berpendapat sebagai berikut.
a.
Schertzer
dan Stone (1981) memberikan batasan
bimbingan sebagai suatu proses bantuan yang ditunjukan kepada individu agar
mengenali dirinya sendiri dan dunianya.
b.
Arthur
Jones (1977) memberikan batasan, bimbingan adalah suatu bantuan yang diberikan
oleh seseorang kepada orang lain dalam membuat pilihan-pilihan dan
penyesuaian-penyesuaian serta dalam pembuatan pemecahan masalah. Tujuan
bimbingan adalah membantu menumbuhkan kebebasan serta kemampuannya agar menjadi
individu yang bertanggung jawab terhadap diri sendiri.
Dari beberapa
batasan yang dikemukakan diatas, menunjukan bahwa para ahli masih belum
memiliki pandangan yang sama terhadap istilah bimbingan, sekalipun jika
diteliti mereka tetap memberikan pengertian dasar yang sama, yakni bimbingan
adalah suatu proses pemberian bantuan yang ditujukan kepada individu.
Bimbingan merupakan suatu proses pemberan bantuan yang ditujukan
kepada individu/siswa atau sekelompok siswa yang bersangkutan dapat mengenali
dirinya sendiri, baik kemampuan-kemampuan yang ia miliki serta
kelemahan-kelemahannya agar selanjutnya dapat mengambil keputusan sendiri dan
bertanggung jawab dalam menentukan jalan hidupnya, mampu memecahkan sendiri
kesulitan yang dihadapi serta dapat memahami lingkungan untuk dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungannya secara tepat dan akhirnya dapat
memperoleh kebahagiaan hidup.
Dengan demikian, arah pemberian bantuan dalam bimbingan disekolah
adalah individunya, bukan pemecahan kesulitannya. Sebab pada akhirnya individu
tersebutlah yang harus menentukan sendiri jalan pemecahnya. Oleh karena itu
berhasil tidaknya suatu usaha bimbingan ditentukan oleh kesediaan dan kesadaran
siswa itu sendiri.
B.
Hakikat Konseling
Konseling
merupakan terjemahan dari kata Counselling (Bahasa Inggris), ada yang
sependapat dengan penterjemahan kata Counselling menjadi penyuluhan,
namun ada juga yang kurang sependapat dengan alasan karena penyuluhan berasal
dari kata suluh, yang memiliki arti obor (penerangan) sehingga konseling
diartikan penyuluhan, yang berarti memberikan penerangan kepada orang yang
belum tahu tentang sesuatu yang belum ia ketahui agar ia mnjadi tahu. Jika
diartikan berdasarkan bahasa Arab, suluh sama dengan (
صلح ) maka akan berarti meluruskan sesuatu yang
salah. Barang kali makna ini lebih tepat untuk mengartikan konsling sebagi
kegiatan untuk meluruskan prilaku yang salah atau kurang sesuai.
Di bidang pendidikan terjemahan yang paling tepat
untuk councelling adalah konseling, dan konseling ini merupakan ciri
profesi penyuluhan yang dilaksanakan di sekolah.
Arti istilah Counselling
menurut pendapat beberapa ahli:
a. Arthur Jones (1977) memberikan batasan,
konseling adalah suatu proses membantu individu untuk memecahkan
masalah-masalahnya dengan cara interviw.
b. I.Jumhur dan Moh.Surya (1975) memberikan
batasan, konseling merupakan salah satu teknik pelayanan dalam bimbingan secara
keseluruhan, yaitu dengan memberikan bantuan secara individual (face to face
relationship).
c. W.S. Winkel SJ (1997) memberikan batasan
penyuluhan merupakan suatu saluran bagi pemberian bimbingan. Dalam rangka
penyuluhan diadakan diskusi/pembicaraan antara seorang penyuluh(counsellor)
dengan satu orang (indivual counselling) atau dengan beberapa
orang sekaligus (group counselling).
Dapat disimpulkan, konseling adalah suatu bimbingan
yang diberikan kepada individu(siswa) dengan tatap muka (face to face) melalui
wawancara. Hubungan antara bimbingan dan konseling adalah konseling merupakan
salah satu teknik dalam memberikan bimbingan. Konseling merupakan bagian dari
bimbingansehingga setiap konseling pasti merupakan bimbingan, namun `sebaliknya
setiap bimbingan tidak harus konseling.
C. Prinsip-Prinsip
Bimbingan dan Konseling
Adapun prinsip-prinsip bimbibngan yang perlu kita
pedomi, agar dapat melaksanakan pelayanan bimbingan dengan sebaik-baiknya,
sehingga pelayanan bimbingan dapat sesuai dengan apa yang diharapkan. Yaitu
sebagai berikut:
a. Hendaknya dalam memberikan layanan
bimbingan individu(siswa) dianggap sebagai individu yang berkemampuan, termasuk
kemampuan untuk memecahkan masalahnya. Merupakan tugas pembimbing, dengan
berpedoman pada prinsip ini, maka orang yang memberikan nasihat atau menentukan
apa yang harus dikerjakan siswa berasal dari kesadaran siswa itu sendiri.
b. Siswa adalah individu yang berharga,
sehingga perlu dihormati. Pembimbing hendaknya menunjukkan sikap hormat kepada
klien, menunjukkan perhatian agar klien tumbuh rasa percaya terhadap
pembimbing, perasaan pada proses bimbingan sangat diperlukan. Dengan rasa
percaya terhadap pembimbing, siswa mau
mengemukakan masalah yang sedang dihadapinya dan tidak menaruh perasaan
ragu-ragu, curiga, takut, dan sebagainya.
c. Siswa sebagai individu merupakan kebulatan. Tingkah lakunya diwarnai
oleh keadaan fisik, psikis, serta sosial dan latar belakang lainnya, demikian
pula kelainan tingkah lakunya. Dengan demikian, siswa perlu dipahami oleh
pembimbing keadaannya secara menyeluruh, juga egi kehidupannya.
d. Siswa adalah merupakan makhluk unik,
artinya antara siswa satu dengan yang lain terdapat perbedaan. Dengan demikian,
perlu sekali dipahami sifat-sifat dari masing-masing siswa.
e. Keberhasilan pelayanan bimbingan di sekolah
amat diperlukan oleh kesediaan serta kesadaran siswa itu sendiri. Oleh karena
itu usaha paling awal yang perlu dilakukan oleh seorang pembimbing disekolah
adalah menanamkan kesadaran akan pentingnya bimbingan bagi dirinya, setelah itu
baru diberi layanan bimbingan.
D. Bimbingan,
Konseling, dan Kurikulum Sekolah.
1. Kedudukan
Bimbingan dan Konseling di Sekolah
Tiga jenis kegiatan ini (pendidikan dan pengajaran,
administrasi, dan bimbingan) merupakan kegiatan yang saling menunjang satu sama
lain dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Ketiganya merupakan kegiatan yang
integral.
Untuk lebih dapat memahami kedudukan bimbingan dalam
program sekolah, seperti gambar dibawah ini.
Kegiatan
Administrasi
Supervisi
|
Kegiatan
Pendidikan dan
Pengajaran
|
Tujuan:
Membentuk manusia yang ber- kembang
seoptimal mungkin.
|
Kegiatan
Bimbingan dan
Konseling
|
1. Bimbingan
dalam Kurikulum
Kurikulum adalah segala usaha dan kegiatan sekolah
untuk mempengaruhi anak belajar, baik didalam kelas, halaman sekolah, maupun
diluar sekolah. Dalam kurikulum termuat segala program pendidikan yang
direncanakan untuk dilaksanakan didalam sekolah atau diluar sekolah. Kurikulum
merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan.
Secara tegas telah diinstruksikan bagi setiap sekolah
(SD,SMP,SMA) wajib melaksanakan layanan bimbingan sebagaimana kegiatan-kegiatan
yang lain. Dalam kurikulum 2004 dibagian lampiran disebutkan bahwa setiap
sekolah wajib menyelenggarakan program bimbingan konseling dalam bidang
pribadi, sosial karier, dan pendidikan. Dengan demikian, keberadaan bimbingan
dan konseling disekolah merupakan tuntutan kurikulum dalam rangka mendorong
kesuksesan program pendidikan disekolah.
Adapun keberadaan bimbingan dan konseling di Indonesia
merupakan bagian dari kurikulum. Artinya, bahwa bimbingan diselenggarakan
karena amanat kurikulum.
BAB III
PENETUP
A. Kesimpulan
Hakikat Bimbingan merupakan
suatu proses pemberan bantuan yang ditujukan kepada individu/siswa atau
sekelompok siswa yang bersangkutan dapat mengenali dirinya sendiri, baik
kemampuan-kemampuan yang ia miliki serta kelemahan-kelemahannya agar
selanjutnya dapat mengambil keputusan sendiri dan bertanggung jawab dalam
menentukan jalan hidupnya, mampu memecahkan sendiri kesulitan yang dihadapi
serta dapat memahami lingkungan untuk dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungannya secara tepat dan akhirnya dapat memperoleh kebahagiaan hidup.
Hakikat Konseling adalah suatu bimbingan yang
diberikan kepada individu(siswa) dengan tatap muka (face to face) melalui
wawancara. Hubungan antara bimbingan dan konseling adalah konseling merupakan
salah satu teknik dalam memberikan bimbingan. Konseling merupakan bagian dari
bimbingansehingga setiap konseling pasti merupakan bimbingan, namun sebaliknya
setiap bimbingan tidak harus konseling.
prinsip-Prinsip Bimbingan dan Konseling
Bimbingan, Konseling, dan Kurikulum Sekolah : Tiga
jenis kegiatan ini (pendidikan dan pengajaran, administrasi, dan bimbingan)
merupakan kegiatan yang saling menunjang satu sama lain dalam rangka mencapai
tujuan pendidikan. Ketiganya merupakan kegiatan yang integral.
DAFTAR PUSTAKA
Mu’awanah, Elfi.2012. Bimbingan dan Konseling Islam si Sekolah dasar.
Jakarta:
Bumi Aksara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar